Hai sang Penyendiri.
Ada satu kata untuk mengakhirinya, saat aku digoda dengan perasaan yang sama.
Kamu, menyelusup diam-diam dalam lelapku, mencumbu pelan.
Ragu? Tidak.
Aku ingin lagi dan tidak ingin mengakhirinya. Kamu, adiktif.
Jangan ragu, biar semua berulang. Goda aku dalam kesendirianmu di atas sana.
Biar, aku tidak akan mengeluh satu kata pun asalkan itu kamu.
Yang tidak pernah berhenti beraksi. Memberikan relung rindu atas terangmu.
Aku tidak perlu sampai hari berusaha melihat ke arahmu jika aku mampu. Bukan kekuatanmu yang membuatku kagum, kau malah akan melukai penglihatanku.
Cukup aku menorehkan sedikit garis di ujung mataku, lalu aku sadar ada kamu disana.
Kamu di Timur sana.
Biar, biar kamu selalu membuat segalanya menjadi terlalu memaksa.
Memaksa menyibakkan tirai dan menembus ke kelambuku agar aku terbangun.
Memaksa mataku membuka mata lalu melihat ke arah kamu.
Iya, kamu. Yang sekejap saja menyiratkan syukur ke sang Khalik karena aku masih bisa menemui kamu.
Kamu, sang Matahari, sendiri.
Sendiri namun tegap berarti.
Malam sudah berganti, padahal mereka beramai-ramai.
Kau hanya satu, namun sinarmu memukau.
Selalu.