Judul Film : Tanah Surga Katanya
Sutradara : Herwin Novianto
Bintang : Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ence Bagus, Ringgo Agus Rahman, Astri Nurdin
Hasyim (Fuad Idris), seorang kakek yang tinggal di lingkar luar perbatasan Malaysia dan Indonesia, yang mencintai negaranya dengan sepenuh hati, sehingga menolak ketika diajak oleh anaknya, Haris (Ence), untuk ikut tinggal di Malaysia yang menawarkan segala kemapanan dan segalanya serba ada dan terjamin dibanding tinggal di Indonesia.
“Aku mengabdi bukan untuk pemerintah, tapi untuk negeri ini”, begitu kata Hasyim menyikapi penawaran anaknya, Haris.
Adegan per adegan menunjukkan betapa menyedihkannya warga Indonesia yang tinggal disana. Salman (Osa Aji Santoso), cucu dari kakek Hasyim, bersekolah di tempat seadanya yang sempat ditutup selama satu tahun, diajarkan oleh guru pendatang yang bernama Ibu Astuti (Astri Nurdin). Hal yang paling miris menurut saya adalah pada saat ada adegan ketika Ibu Astuti bertanya ke muridnya bagaimana bentuk Negara Republik Indonesia yang berwarna merah-putih, mereka semua bahkan tidak tahu bentuk bendera negaranya seperti apa, pun lagu kebangsaannya sendiri. Alih-alih hafal dengan lagu Indonesia Raya, mereka menyanyikan lagu Kolam Susu dari Koes Plus, yang mereka pikir adalah lagu kebangsaan Indonesia. *ngakak*
Ketika dr. Anwar, atau disana dipanggil sebagai Dokter Intel (Ringgo Agus), dia juga merasa heran dengan penggunaan mata uang yang berlaku adalah Ringgit, bukan Rupiah. Ah, saya pun yang menyaksikan adegan tersebut miris!
Film ini menyorotkan isu perbatasan yang mungkin kita tidak terlalu memperhatikan, atau memang tidak pernah diliput berita. Berbagai adegan ditonjolkan disini, menimbulkan sensasi yang aneh ketika banyak adegan yang menunjukkan perjuangan seorang Salman yang mencoba memahami mengapa ia harus bangga menjadi warga Indonesia. Seperti ketika Salman mendekati pedagang Malaysia yang menggunakan bendera merah-putih sebagai kain pembungkus, lalu beberapa hari setelahnya Salman menawarkan sarung yang baru ditukarkan dengan bendera tersebut, lalu Salman berlari dengan bangga ke perbatasan sambil mengibarkan bendera tersebut. Nyess…
Ini adegan yang menurut saya paling menggelitik, ketika pejabat dari kota yang diperankan oleh Deddy Mizwar bereaksi ketika Salman menunjukkan bakatnya membacakanp puisi:
Bukan lautan hanya kolam susu.. katanya
Tapi kata kakekku, hanya orang kaya yang minum susu
Tiada badai tiada topan yang kau temui, kain dan jala cukup menghidupimu
Tapi kata kakekku, ikannya diambil negara asing
ikan dan udang menghampiri dirimu..katanya
Tapi kata kakekku pssst..ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga..katanya
Tapi kata dokter Intel yang punya surge hanya pejabat-pejabat…
Tanah Surga… Katanya, menurut saya adalah film yang bagus. Walau di bagian akhir terlihat menyimpang dari tujuan awalnya, yaitu menonjolkan rasa ingin tahu lebih Salman terhadap negaranya, tapi ini adalah sajian yang bagus dari segi dokumenter.
Lagi, setelah film selesai, di bagian akhir muncullah kalimat ini.
Apapun yang terjadi
Jangan pernah berhenti mencintai negeri ini
Double nyess…nyessan..
reviewnya keren, far 😀
gw kalo bikin review malah bahas plotnya banyak banget.
terima kasiiih
baru belajar gue nih bikin review film, hoho