Malam itu, aku hendak mengobrol sama denganNya.
Tuhan, kalau memang kataMu aku ditakdirkan bersama, mengapa kita belum juga menyatu dalam satu ikatan?
Aku sudah menunggunya terlalu lama.
Sampai sejauh mana kau menunggunya?
Entah,sudah lama. Sangat.
Kalian memang ditakdirkan bersama. Kamu dengan seorang pria yang akan menjadi imammu dan memuliakanmu. Dia, akan bersama wanita yang melengkapi tulang rusuknya. Tapi, bukan kalian yang saling melengkapi. Bukan.
Terkesiap, akan adegan monolog tadi. Mungkin kalau aku tadi benar-benar berbincang dengan Tuhan, bukan ini jawabannya. Ini adalah jawaban hasil dari ketakutanku. Entahlah, mungkin memang kita tidak ditakdirkan bersama, seperti monologku tadi.