“Taruhan!!”
“Apa?”
“Kamu ngga akan mau kenalan!!” Jarinya menunjuk santai ke satu spot yang tidak pernah ingin aku lihat seumur hidupku.
“Enak aja, mau, kok!”
Tangannya mengibas ke arahku seakan meremehkan, “Berani!!” Aku memelototinya.
“Kan aku bilang, taruhan!!”
“Haram!!”
“Ce..men..” Jempolnya diarahkan ke bawah, lalu dihembuskan asap rokok tersebut ke arahku.
“Sial, ergh.. berapa?”
“Sejuta”
“Gila!!” Bukan masalah jumlahnya, tapi menurut aku harusnya taruhannya lebih tinggi lagi malah, untuk tantangan yang menurutku berat ini.
“Ngga akan berani, kan?”
“Kamu harusnya malu sama diri kamu, menantang seorang perempuan seperti aku?”
“Oh, perempuan..” Nadanya mengejek, membuatku kesal.
“Kamu tidak suka ditantang,”
“Satu juta, atau aku akan memanggilmu ‘kohai*’ di dojo. Selamanya.” Lanjutnya, dengan penegasan di satu kata terakhir. Sungguh aku benci dengan panggilan itu, membuatku begitu junior.
Aku melirik obyek yang dituju, kenalan? Gila. Malu aku, tapi gengsiku?
Aku mengangguk, “sejuta, dua menit, aku akan menutup mata saja.”
“Hmm.. oke.”
“Kamu pergi sendiri,” dan lelaki keparat yang notabene sahabatku melenggang menjauhiku, “aku bawa timer dan itung saat kamu masuk sana.”
“What?!?!”
Aku terlanjur mengiyakan, dan seperti setiap janji yang selalu aku ucapkan di tempat latihan, aku tidak boleh menariknya.
‘Memegang teguh janji.. memegang teguh janji..’
Aku mengulanginya, untuk menguatkan diriku sendiri.
Menatap di tempat aku harus berkenalan dengan seseorang – kalo bukan harus disebut sesuatu, aku tahu itu semua hanya manusia namun..
Aku menghirup napas lebih dalam lagi, menatap bangunan sederhana berlapis triplek dan sempit itu, hanya 5 x 5 meter, sempit, namun, gelap.. sengaja digelapkan.
Aku membaca perlahan tulisan seakan mengeluarkan tetesan darah, merah segar dengan inti warna putih, begitu klise namun begitu meyakinkan.
RASAKAN SENSASI MENGERIKAN DI RUMAH INI
“Misteri Pembunuhan di Kota Toea” HTM: 10.000/orang.