“Apa aku harus mengatakan sebenarnya?” Kula menatap adiknya, khawatir. Semakin lama adiknya, Meena tersenyum padanya, semakin merasa bersalah Kula.
“Nggak usah,” Tom bergeming, namun tatapan matanya kosong, bimbang,
“Kita terlalu jauh sepertinya,” Tom menyikut saudara kembarnya, yang sedang menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Kamu mudah banget dibohongin sih, Dik? Hanya karena alasan lotre pula,sesal Kula dalam hati.
“Kamu buat yang Sepang, kan?” Kula menatap Tom, dalang dari rencana jahil ini. Sebenarnya otaknya adalah Kula, dan Tom adalah eksekutor yang baik.
Desainer yang baik.
Tom tidak langsung menjawab, kaki kanannya bergoyang, menghentak pelan tanah, Kula tahu betul, Tom sedang mencari alasan.
“Hei, Sepang bukan?”
Tom menggelengkan kepalanya, membuat Kula semakin terkejut.
“Heh!! Di mana??”
Kula mendatangi adik remajanya yang baru memasuki umur tiga belas tahun, senyumnya mengembang sembari memeluk kakak lelaki yang menghampirinya.
“Tom, kamu pasti menang lotre banyak sekali. Kula come here, aku ingin memeluk kakak kembarku!!”
Kula tidak bergerak dari tempatnya, melihat dari kejauhan Tom yang mengambil pelan amplop putih yang sudah dibuka Meena.
Sachnsering Circuit -Germany
Seat: Grandstand T1
Date: 12,13,14 July 2013
Tom menatap saudara kembarnya, kesal, bercandamu keterlaluan.
Dan mereka berdua harus berpikir keras cara menjelaskan ke adiknya kalau tiket Moto GP ini hanya hasil desain profesional dari Kula.