Sambutan ramah para pelayan yang mempersiapkan segalanya agar acara tersebut berjalan sempurna.
1 person 1 ticket, if you don’t bring your, please leave.
Tempat duduk yang bebas memilih, silahkan. Walau lagi – lagi semuanya akan bergabung di kelompok yang sama. Mingle. Oh, come one, sejak kapan ruangan terluas di tempat itu begitu menyatu dengan segala perbedaan selama beberapa bulan ini? Bahkan tanpa pembatas pun kita masih terasa asing satu sama lain.
Name badge, great. Bagus, ini salah satu yang seharusnya dilakukan dari awal penyatuan di bangunan tersebut, masing – masing memakai small tag with our name written on it, dan kali lain kita bersua setidaknya kita bisa lebih ramah untuk saling senyum dan saling sapa nama (yang terbaca) sehingga tidak saling memalingkan wajah saat berpapasan.
Oh nicey you’ve got the target
Ini incaranmu dari lama, populasi kecil yang begitu berpotensi meniadakan kekuranganmu, sempurna. Maka di sinilah, di ruangan yang sama, dengan usaha besar, menyatukan segalanya.
Kami tertawa, kami senang, kami saling menyapa dan berbicara banyak kadarnya.
Namun itu palsu.
Toh ternyata kita sama – sama membentengi diri kita dengan pertahanan kasat mata, waspada. Kami tersenyum hanya karena sajian ini begitu nikmat, maka dapat membantu lekukan bibir ini agar menyungging sempurna, dan ditorehkan di depan kalian. Sama, kalian melakukan hal yang sama.
Padahal kita sama – sama saling menjaga diri, mengerahkan segala topik agar terlihat melibatkan diri. Sayangnya, kita sudah mempunyai pilihan sendiri.
Satu per satu mulai kembali menjadi lebih dekat, melirik nama dan tersenyum lagi, berbicara dengan nada riang. Membuat nyaman.
Padahal kita sudah punya rencana masing – masing.
Sekalinya kejadian ini begitu positif, maka semakin tebal pertahanan kita. Karena..
saat kita kembali ke satu titik asal
kami dengan tempat kami, kalian dengan tempat kalian
nama yang teringat dalam waktu hitungan jam saja
lalu semuanya melupa, hilang
maka kita kembali mengalami momen tersebut
pada kegiatan yang sama lagi, nanti
tapi entah kapan