Aku melihatnya terlalu sibuk membuka – buka situs pencarian tiket murah ke luar negeri.
“Buat apa lagi?” Sebenarnya tidak perlu aku bertanya seperti itu, aku pun sudah tahu jawabannya.
“Kamu belum sampai semengerti itu ternyata,” balasnya tajam — tanpa melepas pandangan sedetik pun dari layar komputernya.
KUL – AMS
CGK – AMS
BDO – KUL – AMS
DPS – AMS
Return
Sampai akhirnya aku juga ikut memperhatikan, betapa sibuknya sahabatku mengutak – atik rute ke tempat yang ia ingin tuju.
Ke tempat yang ia ingin tuju tanpa tujuan

“Kamu tidak perlu memperjuangkan hal yang jelas tidak ada ujungnya.. maaf..”
Aku belum pernah merasakan patah hati – setidaknya mungkin sudah lupa, melihat sahabatku rapuh seperti ini ternyata membuatku merasakan perihnya, bahkan aku tidak tahu di mana rasa sakit itu berasa.
“Ini high season, semua tiket mahal – bisakah kamu bersabar sedikit saja untuk menyelesaikan semuanya atau jangan – jangan..” Aku menelan ludah sebelum melanjutkan kalimat berikutnya yang jauh lebih kejam jika terucap.
“… ini semua sudah selesai tanpa harus kamu datang ke sana.. semuanya sudah jelas, berakhir.”
Perempuan berkerudung di depanku terdiam, isaknya mulai terdengar lirih – perlahan dia menutup laptopnya, memberikan ruang padaku untuk mendekat dan memeluknya.
Sahabatku hanya diam, membiarkan airmata dan sengguknya yang berbicara.
“Aku takut.. sesampainya kamu di sana, kamu tidak akan menemukan dirinya, semuanya sia – sia.”
Relakanlah..
Kataku, hanya dalam hati.